Rabu, 02 Juni 2021

SISTEM ENDOKRIN : LH (Luteinizing Hormone)

LH (Luteinizing Hormone)



1. Kondisi tubuh yang diatur oleh hormon LH (Luteinizing Hormone)
    Hormon Pelutein (Luteinizing Hormone) adalah hormon gonadotropin yang mempengaruhi gonad dengan menstimulasi pembentukan gamet dan produksi hormon seks. Kondisi tubuh yang diatur oleh hormon LH yaitu:
- Pada laki-laki
     LH akan menyebabkan sel-sel testis menghasilkan androgen. Hormon LH ini diproduksi hipofisis ketika manusia sudah akil balik (dewasa), jadi tidak pernah dikeluarkan ketika manusia itu masih bayi. Di mana LH ini memberi sinyal pelepasan testosteron. Secara tidak langsung hormon LH ini dihasilkan ketika memasuki masa pubertas guna memproduksi hormon seks dan membentuk gamet, misalnya produksi testosteron.
- Pada perempuan
    LH menyebabkan folikel pada ovarium berubah bentuk menjadi korpus luteum. Di mana ketika ovulasi (pengeluaran ovum) dari folikel jumlah LH nya banyak. Meningkatnya jumlah Luteinizing Hormone (LH) ini sebagai respon umpan balik positif dari estrogen saat Luteinizing Hormone (LH) berikatan dengan reseptornya. Munculnya reseptor Luteinizing Hormone (LH) ini dipicu oleh pengeluaran estrogen saat pertumbuhan folikel, khususnya sel granulosa, distimulasi oleh Follicle Stimulating Hormone (FSH).

2. Faktor penyebab hormon LH disekresi
- Pada laki-laki
Hormon ini disebut Interstitial Cell Stimulating Hormone (ICSH), yang berfungsi untuk merangsang sel-sel interstisial di dalam testis untuk berkembang dan mensekresikan hormon testosteron. LH dilepaskan dari kelenjar hipofisis, dan dikendalikan oleh denyut nadi hormon pelepas gonadotropin. Ketika kadar testosteron aliran darah rendah, kelenjar hipofisis distimulasi untuk melepaskan LH. Ketika kadar testosteron meningkat, hormon ini akan bekerja pada hipofisis melalui loop umpan balik negatif dan sebagai akibatnya, pelepasan GnRH dan LH akan terhambat. Testis yang mendapat hormon LH dan FSH ini akan menghasilkan hormon testosteron.
- Pada perempuan
Hormon ini berfungsi untuk merangsang pengeluaran sel telur dari ovarium dan mempertahankan folikel sisa sel telur tersebut serta membuatnya berwarna kekuningan. Ovarium yang mendapat hormon LH dan FSH akan menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Ketika siklus menstruasi, hormon LH ini akan membantu FSH agar terjadi ovulasi. Peningkatan LH dan FSH ini dipengaruhi oleh meningkatnya estradiol yang mana dipengaruhi oleh matangnya folikel. Hal ini terjadi dengan aktifnya aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hipothalamus menghasilkan hormon GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone) yang menstimulasi hipofisis mensekresi hormone FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Lutinuezing Hormone). FSH dan LH menyebabkan serangkaian proses di ovarium sehingga terjadi sekresi hormon estrogen dan progesteron.

3. Nama dan letak kelenjar yang mensekresi hormon LH
    Sebelum kelenjar pituitari (hipofisis) memproduksi hormon, otak akan mengirimkan sinyal dari hipotalamus sebagai pusat komunikasi antar kelenjar. Setelah itu, kelenjar tersebut akan mulai memproduksi yang kemudian bertindak sebagai sinyal bagi kelenjar lain dan organ tubuh untuk mengatur fungsi mereka.
    Kelenjar hipofisis terletak di otak besar di bawah hipotalamus. Oleh sebab itu, kelenjar hipofisis disebut juga master of gland, karena menghasilkan bermacam-macam hormon yang mengatur kelenjar lainnya. Di mana kelanjar yang menghasilkan LH adalah Hipofisis Anterior (depan).

- Pada laki-laki
LH  bekerja  pada  sel  Leydig  testis  dan  diatur  oleh  hormon  pelepas  gonadotropi(GnRH). Sel-sel Leydig menghasilkan testosteron di bawah kendali LH, yang mengatur ekspresi enzim 17β-hydroxysteroid dehydrogenase yang digunakan untuk mengubah androstenedione, hormon yang diproduksi oleh testis, menjadi testosteron. LH dilepas- kan dari kelenjar hipofisis, dan dikendalikan oleh denyut nadi hormon pelepas gonado- tropin (GnRH). Sel Sertoli pada testis membutuhkan hormon FSH untuk memproduksi protein pengikat androgen (ABP). Protein inilah yang menjadi kunci awal untuk merangsang pembentukan sperma sehat pada pria. Setelah itu, giliran kelenjar pituitari yang akan mengeluarkan hormon LH. Hormon LH inilah akan merangsang sel Leydig untuk menghasilkan testosteron.



- Pada perempuan
LH dihasilkan oleh kelenjar hipofisis untuk merangsang ovarium memproduksi estrogen dan progesteron, serta memicu pertumbuhan korpus luteum dan ovulasi. Saat masa subur, hormon estrogen akan mengirimkan sinyal kepada kelenjar pituitari untuk berhenti memproduksi FSH dan mulai memproduksi hormon. Jika hormon FSH akan merangsang folikel memproduksi hormon estrogen dan progesteron, maka hormon LH akan memicu ovulasi alias pelepasan sel telur dari ovarium.

4. Mekanisme kerja hormon LH
    FSH dan LH bekerja sama untuk menstimulasi pematangan folikel dan pelepasan estrogen pada individu betina (wanita), serta menstimulasi pelepasan androgen oleh sel-sel interstitial pada individu jantan (pria) untuk mematangkan sperma. Pada tubuh pria hormon ini berfungsi dan dibutuhkan untuk spermatogenesis (fungsi sel sertoli) serta produksi testosteron (fungsi sel leydig). Hormon LH merangsang sel leydig untuk mengekskresikan hormon testosteron, yang nantinya hormon tersebut akan bekerja untuk merangsang pertumbuhan organ seks primer pada pria dan mendorong pertumbuhan spermatogenesis. Sedangkan pada wanita hormon ini berfungsi untuk mengatur siklus menstruasi. Hormon ini akan bekerja sama dengan satu hormon lainnya yaitu hormon FSH. Namun, apabila wanita sedang dalam masa mengandung, maka kedua hormon ini tidak aktif.

Pengaruh LH pada menstruasi - siklus ovulasi, secara normal dapat dibagi menjadi:
Fase Folikular
Fase ini bermula saat awal menstruasi dan mencapai puncaknya pada lonjakan LH. Terjadi karena hormon FSH yang mengawali pembentukan FDG (Follicle de Graff) sebelum ovulasi (praovulasi).
Fase Luteal
Fase ini diawali dengan lonjakan LH praovulasi sampai hari pertama haid. Hormon yang mempengaruhi adalah LH, adanya LH membuat matang folikel sehingga pecah dan terjadi ovulasi. Kondisi ovulasi terbentuk korpus luteum yang gencar memproduksi progesteron.

Mekanisme kerja Hipotalamus – Hipofisis secara sistematis
a) GnRH  disintesis  dalam  nukleus  arkuatus  dan  disalurkan  sepanjang  akson  sel neuroendokrin melalui eminensia mediana hipotalamus.
b) Pelepasan GnRH dilakukan dalam bentuk pulsasi dan dalam keadaan basal frekuensinya satu denyut setiap jam.
c) Frekuensi pelepasan GnRH paling cepat terjadi pada fase folikular dan sedikit melambat pada fase luteal awal dan paling lambat pada fase luteal lanjut.
d) Frekuensi denyut yang cepat akan membantu sekresi LH dan frekuensi denyut yang lambat membantu pelepasan FSH.
e) Denyut yang lambat pada fase luteal lanjut dibutuhkan untuk meningkatkan kadar FSH. 

Mekanisme Hipofisis – Kelenjar Gonad dalam siklus menstruasi
a) Penurunan kadar estradiol/ estrogen dan progesteron akibat regresi korpus luteum dari siklus sebelumnya mengawali kenaikan kadar FSH.
b) Melalui mekanisme umpan balik negatif yang merangsang pertumbuhan folikel dan sekresi estradiol.
c) Dengan rendahnya kadar estradiol terjadi mekanisme umpan balik negatif yang akan menyebabkan pelepasan LH dari hipofisis.
d) Dengan meningkatnya kadar estradiol pada akhir fase proliferasi terjadi mekanisme umpan balik positif sehingga terjadi pelepasan hormon gondadotropin dan tidak terjadi ovulasi.

Mekanisme Menstruasi
a) Selama fase luteal, baik LH maupun FSH akan ditekan melalui efek umpan balik negatif dari meningkatnya kadar estradiol dan progeteron sirkulasi.
b) Inhibisi akan terus berlangsung sampai kadar estradiol dan progesteron menurun menjelang akhir fase luteal akibat regresi korpus luteum saat tidak terjadi kehamilan.
c) Efek akhir adalah meningkatnya kadar FSH yang menyebabkan pertumbuhan folikel baru pada siklus berikutnya.
d) Dalam keadaan tidak terjadi kehamilan durasi fungsi korpus luteum umumnya 14 hari setelah lonjakan LH.

Mekanisme kerja Gonadotropin (Hormon LH dan FSH)
a) Reseptor hormon glikoprotein terdapat pada membran plasma sel target di gonad.
b) Ditemukan reseptor FSH dan LH yang berbeda.
c) Reseptor LH dan FSH terdapat di dalam membran plasma sel-sel granulosa sel ovarium dan sel sertoli di testis.
d) FSH menyebabkan proliferasi sel granulosa di sekitar folikel yang sedang berkembang dan biosintesis estrogen oleh sel ini.
e) Setelah ovulasi, sel teka sekeliling folikel ovarium yang sudah pecah diubah menjadi korpus luteum.
f) Korpus Luteum merespon stimulasi LH dengan memproduksi progesteron.

5. Dampak yang ditimbulkan akibat sekresi hormon LH
- Pada laki-laki
     Jika kadar hormon FSH dan LH yang rendah did dalam tubuh, kedua hormon tersebut bisa bekerja sesuai fungsi. Salah satu hal yang mungkin terjadi jika FSH dan LH tidak bekerja sesuai fungsi adalah penurunan kadar hormon testosteron. Penurunan kadar testosteron di dalam tubuh mungkin menyebabkan organ reproduksi di dalam tubuh tidak bisa berfungsi dengan baik, kehilangan gairah seks, hingga sering merasa lelah.
- Pada perempuan
      Gangguan ovulasi,  terjadi akibat kadar LH yang tinggi, folikel tidak dapat pecah meskipun sel telur sudah cukup berkembang. Akibatnya, ovulasi tidak terjadi, ketika sel sperma masuk, tidak terjadi pembuahan. Ovulasi adalah pematangan sel telur yang ditandai dengan pecahnya folikel. Sebelum ovulasi. untuk terjadi pembuahan.sel telur juga harus berkembang.
    Gangguan reproduksi, hal ini disebabkan ketidakseimbangan hormon. Gangguan reproduksi yang biasa terjadi, misalnya kista endometriosis yang banyak dialami wanita, yang memiliki kadar FSH dan LH tinggi. Kelebihan LH juga dapat menyebabkan kanker pada alat reproduksi wanita.