LH (Luteinizing Hormone)
1. Kondisi tubuh yang diatur oleh
hormon LH (Luteinizing Hormone)
Hormon Pelutein (Luteinizing Hormone) adalah hormon gonadotropin yang mempengaruhi
gonad dengan menstimulasi
pembentukan gamet dan
produksi hormon seks. Kondisi tubuh yang diatur oleh
hormon LH yaitu:
- Pada laki-laki
LH akan menyebabkan sel-sel
testis menghasilkan androgen. Hormon LH ini diproduksi
hipofisis ketika manusia sudah akil balik
(dewasa), jadi tidak pernah dikeluarkan ketika manusia itu masih
bayi. Di mana LH ini memberi sinyal
pelepasan testosteron. Secara
tidak langsung hormon LH ini
dihasilkan ketika memasuki
masa pubertas guna memproduksi hormon
seks dan membentuk gamet, misalnya produksi testosteron.
- Pada perempuan
LH menyebabkan folikel pada ovarium berubah bentuk menjadi korpus luteum. Di mana ketika ovulasi (pengeluaran ovum) dari
folikel jumlah LH nya banyak. Meningkatnya jumlah Luteinizing Hormone (LH) ini
sebagai
respon umpan balik positif dari estrogen
saat Luteinizing Hormone (LH)
berikatan dengan reseptornya. Munculnya
reseptor Luteinizing Hormone (LH)
ini dipicu oleh pengeluaran estrogen
saat pertumbuhan folikel, khususnya sel granulosa, distimulasi oleh Follicle Stimulating Hormone (FSH).
- Pada laki-laki
Hormon ini disebut Interstitial Cell Stimulating Hormone (ICSH), yang berfungsi untuk merangsang
sel-sel interstisial di dalam testis untuk berkembang dan
mensekresikan hormon testosteron. LH dilepaskan dari kelenjar hipofisis, dan dikendalikan oleh denyut
nadi hormon pelepas gonadotropin. Ketika kadar testosteron aliran darah rendah, kelenjar hipofisis distimulasi untuk melepaskan LH. Ketika kadar testosteron
meningkat, hormon ini
akan
bekerja pada hipofisis
melalui loop umpan balik negatif
dan sebagai akibatnya, pelepasan GnRH dan LH akan terhambat. Testis yang mendapat
hormon LH dan FSH ini akan menghasilkan hormon testosteron.
- Pada perempuan
Hormon
ini berfungsi untuk merangsang pengeluaran
sel telur dari ovarium dan
mempertahankan folikel sisa sel telur tersebut serta membuatnya berwarna kekuningan. Ovarium yang mendapat hormon LH dan FSH akan menghasilkan hormon
estrogen dan progesteron. Ketika siklus menstruasi, hormon LH ini akan membantu FSH agar terjadi ovulasi. Peningkatan LH dan FSH ini dipengaruhi oleh meningkatnya estradiol yang
mana dipengaruhi oleh
matangnya folikel. Hal
ini
terjadi dengan aktifnya aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hipothalamus menghasilkan
hormon GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone) yang menstimulasi hipofisis mensekresi hormone
FSH
(Follicle Stimulating Hormone)
dan LH (Lutinuezing Hormone).
FSH dan LH menyebabkan serangkaian
proses di ovarium sehingga terjadi sekresi hormon estrogen dan progesteron.
3. Nama dan letak kelenjar yang
mensekresi hormon LH
Sebelum kelenjar
pituitari (hipofisis) memproduksi
hormon, otak akan mengirimkan sinyal
dari hipotalamus sebagai
pusat komunikasi antar kelenjar. Setelah itu, kelenjar
tersebut
akan mulai memproduksi
yang kemudian bertindak
sebagai sinyal bagi kelenjar lain dan organ
tubuh untuk mengatur
fungsi mereka.
Kelenjar
hipofisis terletak di
otak besar di bawah hipotalamus. Oleh sebab itu, kelenjar
hipofisis disebut juga master of gland, karena menghasilkan bermacam-macam hormon yang
mengatur kelenjar lainnya.
Di mana kelanjar yang menghasilkan LH adalah Hipofisis
Anterior (depan).
LH bekerja
pada sel Leydig testis dan
diatur
oleh hormon pelepas gonadotropin (GnRH). Sel-sel Leydig menghasilkan testosteron
di bawah kendali LH, yang mengatur ekspresi enzim 17β-hydroxysteroid dehydrogenase yang digunakan untuk mengubah
androstenedione, hormon yang diproduksi
oleh testis, menjadi testosteron. LH dilepas-
kan dari kelenjar hipofisis, dan dikendalikan oleh denyut nadi hormon pelepas gonado- tropin (GnRH). Sel Sertoli pada testis membutuhkan hormon FSH untuk memproduksi
protein pengikat androgen (ABP).
Protein inilah yang menjadi
kunci awal untuk merangsang
pembentukan sperma sehat pada pria. Setelah itu, giliran
kelenjar pituitari
yang akan mengeluarkan
hormon LH. Hormon LH inilah
akan
merangsang sel Leydig
untuk menghasilkan testosteron.
- Pada perempuan
LH dihasilkan oleh kelenjar hipofisis untuk merangsang ovarium memproduksi estrogen
dan progesteron, serta memicu
pertumbuhan korpus luteum dan
ovulasi. Saat masa subur, hormon estrogen akan mengirimkan sinyal kepada kelenjar pituitari untuk
berhenti memproduksi FSH dan mulai memproduksi hormon. Jika hormon FSH akan
merangsang folikel memproduksi
hormon estrogen dan progesteron,
maka hormon LH akan
memicu ovulasi alias pelepasan sel telur dari ovarium.
4. Mekanisme kerja
hormon
LH
FSH dan LH bekerja sama
untuk menstimulasi pematangan folikel dan pelepasan estrogen pada individu betina (wanita), serta menstimulasi pelepasan androgen
oleh sel-sel interstitial
pada individu jantan (pria) untuk mematangkan sperma. Pada tubuh pria hormon
ini berfungsi dan dibutuhkan untuk spermatogenesis (fungsi
sel sertoli) serta produksi testosteron (fungsi sel leydig). Hormon LH merangsang sel
leydig untuk mengekskresikan hormon
testosteron, yang nantinya
hormon tersebut
akan bekerja
untuk merangsang pertumbuhan organ
seks primer pada pria dan mendorong pertumbuhan spermatogenesis. Sedangkan pada
wanita hormon ini berfungsi untuk mengatur siklus menstruasi. Hormon ini
akan bekerja sama dengan satu hormon lainnya yaitu hormon FSH. Namun,
apabila wanita sedang dalam
masa mengandung, maka kedua hormon
ini tidak aktif.
Pengaruh LH
pada menstruasi - siklus ovulasi,
secara normal dapat dibagi menjadi:
- Fase Folikular
Fase ini
bermula saat
awal menstruasi dan mencapai
puncaknya
pada lonjakan LH. Terjadi karena hormon FSH yang
mengawali pembentukan FDG (Follicle de
Graff)
sebelum ovulasi (praovulasi).
- Fase Luteal
Fase ini diawali dengan lonjakan LH praovulasi sampai hari pertama haid. Hormon yang mempengaruhi adalah LH, adanya LH
membuat matang folikel sehingga pecah dan terjadi
ovulasi. Kondisi ovulasi
terbentuk korpus luteum
yang
gencar memproduksi progesteron.
Mekanisme
kerja
Hipotalamus – Hipofisis
secara sistematis
a) GnRH disintesis
dalam
nukleus arkuatus dan disalurkan sepanjang
akson
sel
neuroendokrin melalui eminensia
mediana hipotalamus.
b) Pelepasan GnRH dilakukan
dalam bentuk pulsasi dan dalam keadaan basal frekuensinya
satu denyut setiap jam.
c) Frekuensi pelepasan GnRH paling cepat terjadi pada fase folikular dan sedikit melambat
pada fase luteal awal dan paling lambat pada fase luteal lanjut.
d) Frekuensi denyut yang cepat akan membantu sekresi LH dan frekuensi denyut yang
lambat membantu pelepasan FSH.
e) Denyut
yang lambat pada fase luteal lanjut dibutuhkan
untuk meningkatkan kadar FSH.
Mekanisme Hipofisis – Kelenjar Gonad dalam siklus menstruasi
a) Penurunan kadar estradiol/ estrogen dan progesteron akibat regresi
korpus luteum dari siklus sebelumnya mengawali kenaikan
kadar
FSH.
b) Melalui mekanisme umpan
balik negatif yang merangsang pertumbuhan
folikel dan sekresi estradiol.
c) Dengan rendahnya kadar estradiol terjadi mekanisme
umpan balik
negatif yang akan
menyebabkan pelepasan LH dari hipofisis.
d) Dengan
meningkatnya kadar estradiol pada akhir fase proliferasi terjadi
mekanisme
umpan balik positif sehingga terjadi
pelepasan hormon gondadotropin dan tidak terjadi
ovulasi.
Mekanisme Menstruasi
a) Selama fase luteal, baik LH maupun
FSH akan ditekan melalui efek umpan balik negatif dari
meningkatnya kadar
estradiol dan progeteron sirkulasi.
b) Inhibisi akan terus berlangsung
sampai kadar estradiol dan progesteron menurun menjelang akhir
fase
luteal akibat regresi korpus
luteum saat tidak terjadi kehamilan.
c) Efek akhir adalah meningkatnya
kadar FSH yang menyebabkan
pertumbuhan folikel baru pada siklus berikutnya.
d) Dalam
keadaan tidak terjadi kehamilan durasi fungsi korpus luteum umumnya 14
hari setelah lonjakan LH.
Mekanisme kerja
Gonadotropin (Hormon LH dan FSH)
a) Reseptor hormon glikoprotein terdapat pada
membran
plasma sel target di gonad.
b) Ditemukan
reseptor FSH
dan LH yang berbeda.
c) Reseptor LH dan FSH terdapat di dalam membran plasma sel-sel granulosa sel ovarium
dan sel sertoli di testis.
d) FSH menyebabkan proliferasi sel
granulosa di
sekitar folikel yang sedang berkembang dan biosintesis
estrogen oleh sel ini.
e) Setelah ovulasi, sel teka sekeliling folikel ovarium yang sudah pecah diubah menjadi
korpus luteum.
f) Korpus Luteum merespon
stimulasi LH dengan
memproduksi progesteron.
5. Dampak yang
ditimbulkan akibat sekresi
hormon LH
- Pada laki-laki
Jika kadar hormon FSH dan LH yang rendah did dalam tubuh, kedua hormon tersebut bisa bekerja sesuai fungsi. Salah satu hal yang mungkin terjadi jika FSH dan LH tidak bekerja sesuai fungsi adalah penurunan kadar hormon testosteron. Penurunan kadar testosteron di dalam tubuh mungkin menyebabkan organ reproduksi di dalam tubuh tidak bisa berfungsi dengan baik, kehilangan gairah seks, hingga sering merasa lelah.
- Pada perempuan
Gangguan ovulasi, terjadi akibat kadar LH yang tinggi, folikel tidak dapat pecah
meskipun sel telur sudah cukup berkembang. Akibatnya, ovulasi tidak terjadi, ketika sel
sperma masuk, tidak terjadi pembuahan. Ovulasi
adalah pematangan sel telur yang ditandai
dengan pecahnya
folikel. Sebelum
ovulasi. untuk terjadi pembuahan.sel telur juga
harus berkembang.
Gangguan reproduksi, hal
ini
disebabkan ketidakseimbangan hormon.
Gangguan reproduksi yang biasa terjadi, misalnya kista endometriosis yang banyak dialami wanita,
yang memiliki kadar FSH dan LH tinggi. Kelebihan LH juga dapat menyebabkan kanker
pada alat reproduksi wanita.